Saat ini saya menggeluti bidang konservasi budaya tradisi, dan banyak menemukan kejutan bahwa bangsa kita sudah mencapai puncak peradaban sebagai makhluk yang rahmatan lil alamin… kalau 3 aspek kecerdasan manusia Intelektualitas, Emosionalitas dan Spiritualitas…maka ke 3 aspek tersebut banyak di temukan dari bentuk2 khasanah budaya kita… lihat aja wayang kulit…filsafat, senirupa, teater, keyakinan pada Tuhan, musik polyphonic gamelan(setara dengan musik klasik plus ada aspek spiritualitas di dalamnya) kerifan lokalnya dalam bersinergi dengan hidup dan alam sekitarnya… dan masih banyak lagi… sebelum ada wacana dari ilmuwan Brasil tersebut beberapa kelompok spiritualis telah mengetahui bahwa ibu peradaban termasuk agama ada di sini, jadi kenapa sampai sekarang agama2 mudah masuk disini… sikap toleransi secara genetis sudah ada dalam jiwa raga bangsa ini… hanya kebetulan sekarang ini kita hanya engandalkan satu aspek paradigma kecerdasan (Intelektual saja) maka kita jadi kurang holistik memahai keunggulan kita tersebut… lihat aja khasanah musik gamelan, secara teknik pukul, tehnologi metalurginya, arangement nya maka akan banyak temuan luar biasa… saya sendiri sudah mencoba mementaskan sajian wayang kulit dengan gaya lama yang bukan hanya sekedar entertainment aspeknya saja yang saya rekonstruksikan, ternyata benar kekuatan mikro dan makro kosmos sebagai kesadaran utuh sudah para eyang kita memahami… tanpa buku teori tapi hanya mebaca kitab alam yang tergelar ini sajalah mereka mampu mencapai puncak pengetahuannya… sedang kenapa kita tidak pernah ada bahasa tulis di masa lampau untuk pengajaran, hal ini karena lebih mementingkan pengajaran kecerdasan emisional (intuisi) dan spiritualitasnya… bahasa Jawa misalnya adalah contoh kongkrit yang telah di tetapkan sebagai 10 bahasa tersulit (logika positivis) karena banyak enigma di dalamnya, sehingga lebih menekankan kepekaan intuisi untuk membaca yang tersirat di dalamnya… keris juga begitu, merupakan puncak kemampuan transformasi mental, spiritual terhadapNRG(alami) pada benda metal… dan masih dengan tunjangan makna2 filsafat di dalamnya.. sejarah ini milik siapa, karena sering para penguasa informasi kadang memiliki kepentingan subyektive dalam mewartakannya… moga perenungan dan pengalaman pengembaraan saya ini ada manfaatnya… amin!
0 Komentar