10 Januari 2011
Forum Bangbangwetan
BELAJAR PADA HITLER
Dimulai Pukul 20.00 tepat dengan beberapa orang penggerak Bangbangwetan membaca Kalamullah yang diawali dari Surat Al Anfaal Ayat 41 hingga awal Juz 11. Alhamdulillah cuaca Surabaya terang benderang tidak seperti beberapa hari belakangan yang diguyur hujan. Ketika dibawakan Syahadah Maiyah jamaah mulai merapat kearah panggung.
Pukul 21.20 Sapto dan kawannya menyegarkan suasana dengan membawakan lagu “Cinta kan Membawaku” yang dipopulerkan oleh Dewa 19. Lagu Dewa 19 itu dibawakan Sapto dengan iringan petikan Gitar Akustik oleh Sapto sendiri dan Gesekan biola temannya. Suara jernih Vokal Sapto diiringi denting Gitar dan Biola membuat suasana forum semakin Indah. Setelah satu lagu dari Sapto dan Kawannya itu Aminullah sebagai moderator mulai membuka acara. Aminullah mengajak semua jamaah untuk ikut merespon segala kondisi yang berada dipanggung. Aminullah menandaskan bahwa jangan sampai forum ini menjadi searah. Menurut Amin Forum Bangbangwetan adalah komunikasi dua arah, dimana semua yang hadir adalah Subjek.
Kaitannya dengan tema malam itu, Aminullah mengajak semua jamaah yang mempunyai pengetahuan tentang Hitler untuk ikut urun rembug. Sebelum membahas tema, Aminullah mereview kembali tentang Pertemuan Antar Simpul Maiyah di Kadipiro Jogya. Aminullah menjelaskan tentang inti dari pertemuan itu adalah adanya sharing antar simpul. Dengan Sharing di pertemuan itu diharapkan bisa meningkatkan forum-forum Maiyah pada masing-masing simpul tersebut.Ditengah Aminullah berbicara, Mas Rachmad salah satu senior penggerak BBW naik keatas panggung. Mungkin tidak banyak yang mengenal Mas Rachmad karena beliau memang selalu berada dibelakang layar. Dan malam itu dalam rangka apa sehingga Mas Rachmad mau turun gunung naik ke atas panggung.
Sebelum mempersilahkan Mas Rachmad, Aminullah meminta Huda Penggiat dari Kutorejo-Mojosari, sebagai salah satu perwakilan JM yang mengikuti Workshop di Yogya untuk naik ke atas panggung. Huda langsung mengajak Jamaah untuk bersama-sama bersholawat “Hasbunallah” seperti apa yang dia dapatkan di Yogya. Aminullah mengolah sedemikian rupa nuansa forum sehingga semua Jamaah mau ikut terlibat dalam ke-khusukan Hasbunallah.
Forum kemudian dilanjutkan kolaborasi Mas Rachmat dan Aminullah. Mas Rachmat kemudian mempersilahkan Jamaah yang ikut Bangbangwetan sedari Awal untuk naik kepanggung. Setelah melihat tidak ada jamaah yang maju, Mas Rachmat kembali meminta, jamaah yang mengikuti Bangbangwetan diatas tahun 2008 dipersilahkan untuk maju kedepan. Ketika masih tidak ada yang maju kedepan, Mas Rachmat mempersilahkan siapa saja yang mau maju kedepan. Permintaan terakhir Mas Rachmat baru direspon Jamaah. Banyak Jamaah yang mau maju kedepan setelah kalimat permintaan Mas Rachmat terakhir dimana tidak ada tingkat senioritas.
Mas Rachmat memberikan prolog dengan membuka paradigma bahwa mulai malam itu, semua ikut memiliki forum. Siapapun dipersilahkan ngomong tentang apapun. Mas Rachmat menyampaikan bahwa penyakit orang takut ke panggung adalah merasa tidak bisa apa-apa (minder). Mulai tahun 2012 ini Mas Rachmat mengajak semua Jamaah untuk semakin peduli menyebarkan nilai. Diharapkan bisa memanfaatkan media apapun yang bisa digunakan. Social Media seperti Facebook, Twitter dan lain sebagainya diharapkan tidak lagi hanya diisi dengan status-status yang tidak penting. Mas Rachmat kemudian mempersilahkan Jamaah yang berada dipanggung untuk menyampaikan beberapa hal yang dianggap perlu.
Salah satu Jamaah dengan sangat terharu mengatakan bahwa pada tahun 80-an. Jamaah tersebut menceritakan ingatannya bahwa semua yang datang ke forum maiyah adalah untuk ikut berada pada barisan shof kanjeng nabi. Jamaah tersebut begitu terharu sehingga seringkali terbata untuk melanjutkan omongannya. Ketika saya bertanya kepada Cak Nun, Cak Nun Cuma mengatakan perbanyak Istighfar dan Gondelan Jubahe Kanjeng Nabi. Jamaah melanjutkan cerita, ketika pada tahun-tahun itu dia mengalami kebangkrutan, terlilit hutang banyak, tapi dengan datang ke Bangbangwetan hati menjadi tenang. Dan justru bisa focus kembali bekerja. Wisda Putra jamaah dari Jombang, Mahasiswa UNESA yang baru tiga kali datang Maiyahan, diberikan kesempatan yang sama oleh Aminullah untuk menyampaikan beberapa kata yang bisa diingat dari kampus untuk dibagi dengan Jamaah BBW.
Bambang dari Surabaya yang merupakan Pelukis, mengatakan dirinya hadir di Bangbangwetan mulai tahun 2006 ketika awal proses perjuangan Lumpur – Lapindo. Bambang merasa datang seperti gelas kosong, dan di Bangbangwetanlah gelas itu kemudian terpenuhi. Bambang mengharap Bangbangwetan bisa terus langgeng memperjuangkan aspirasi rakyat kecil.
Jama’ah semakin berdatangan dan terus merapat, melingkar dengan alas seadanya. Sepertinya suasana kecanggungan panggung yang mulai mencair menjadi daya tarik tersendiri. Hampir tidak ada jarak antara panggung dan jamaah. Mas Rachmat kemudian merangkai semua pernyataan Jamaah yang tadi dimintanya bicara. Bangbangwetan merupakan Universitas, dimana apa yang ada disini bisa diterima oleh semua yang hadir dengan frekuensinya masing-masing. Kuncinya menurut Mas Rachmat adalah semua melingkar dan merapat, semua keadaan, keterbatasan mari kita manfaatkan bersama. Setelah mengucapkan terima kasih Mas Rachmat mempersilahkan semuanya kembali ke tempatnya masing-masing.
Setelah semuanya turun, Mas Rachmat kembali menggali pendapat dari seluruh Jamaah tentang sosok Hitler menurut versi masing-masing. Edi dari Surabaya menyampaikan pandangannya bahwa Hitler adalah seorang pemimpin besar dunia yang Anti Israel. Edi mengatakan bahwa Hitler membangun sebuah Kamp bagi kaum Israel dan membantai mereka semua. Hitler punya cita-cita yang sangat besar, dan memperjuangkan cita-citanya tersebut dengan sungguh-sungguh. Heri dari Malang menyampaikan pandangannya bahwa Hitler merupakan manusia yang paling cerdas dijamannya. Dengan latar belakang pendidikannya yang gagal tapi dikemudian hari menjadi pemimpin besar. Kata-kata Hitler “Anda akan saksikan sendiri orang Yahudi seperti apa”, mungkin ini yang menjadi landasan kuat Hitler melakukan pembantaian itu. Ida salah satu jamaah Perempuan dari Sidoarjo mengatakan bahwa Hitler adalah orang yang tahu kebesarannya. Ini yang perlu kita tiru dari Hitler, sebagai bangsa Indonesia kita jangan minder, kita justru harus percaya diri dengan kebesaran Indonesia ini. Iwan dari Surabaya, dengan segala positif dan negatifnya. Hitler adalah tokoh besar, ingatan saya yang membekas Hitler pernah mengumpulkan orang cacat dan membunuhnya. Kemudian Hitler juga mengumpulkan orang-orang kuat untuk diberdayakan menguatkan negaranya. Bahasan hitler sepertinya memang begitu pas. Melihat antusiasme jama’ah yg sepertinya mendapat angin segar dengan pembahasan yang baru tidak melulu mengenai bangsa dan pemimpin. Hampir semua yang mengutarakan pendapat adalah jamaah yang tidak pernah “bersuara” sebelumnya. Semua jama’ah terlihat “temenan” dalam berfikir.
Kolaborasi Aminullah dan Mas Rachmat
Mas Rachmat dan Amin berkolaborasi dengan Apik. Mereka berdua benar-benar pasangan yang pas untuk saling melempar joke, juga ketika menggali pendalaman ilmu dari tiap-tiap orang yang berbicara. Berikutnya sambil mempersilahkan Nara Sumber mengatur formasi diatas panggung, Sapto dan Kawan dipersilahkan memperdengarkan satu atau dua buah lagu.
Setelah dua nomer dari Sapto dan kawan, Amin dan Mas Rachmat mempersilahkan para Narasumber untuk menyampaikan pandangannya.
Joko Susanto menjadi Nara Sumber kedua setelah Suko Widodo. Topik belajar dari Hitler menurut Joko merupakan topik yang mengejutkan. Dalam dunia akademis saja topik Hitler tidak pernah dibahas. Hitler ada juga bukan tanpa alasan. Ketika Demokrasi hanya menguntungkan sekelompok kecil orang, maka bersiaplah akan banyak orang yang mengatakan kita butuh Hitler. Dalam beberapa hal, yang ditawarkan Hitler tidak berbeda dengan yang ditawarkan para pemimpin Indonesia. Bedanya Hitler bersungguh menepati janjinya.
Setelah Paparan dari Joko Susanto, Mas Rachmat mempersilahkan Heinrich yang asli Jerman untuk menyumbangkan pengetahuannya. Kembali Sapto dipersilahkan membawakan lagu Lir-ilir sambil menunggu Heinrich lebih rileks. Sapto memperdengarkan lagu lir-ilir dengan aransemen berbeda. Petikan gitar dan gesekan biola mengundang applous panjang jamaah. Sementara itu pasukan Infaq Bangbangwetan bergerak memutarkan kotak, mengumpulkan pundi-pundi infaq demi keberlangsungan forum.
Heinrich dan Cak Nun. Dok. Foto: Denny Lensa
Heinrich
Setelah semua Narasumber menyampaikan pandangan-pandangannya, Cak Nun kemudian memulai berbicara. Cak Nun kembali menggali ilmu dari para Nara Sumber. Seperti yang ditanyakan pada Heinrich tentang apakah Hitler Korupsi, dan Heinrich mengatakan Hitler tidak mungkin Korupsi karena hukuman begitu tegas bagi Koruptor yaitu hukum mati. Cak Nun kemudian melanjutkan bahwa Hitler lulus secara moral sebagai pemimpin. Hitler juga begitu benci kepada Negara-negara Agresor yang hanya menyerang Negara-negara kecil.
Jamaah benar-benar dibuat terpana oleh kedalaman ilmu yang diurai malam itu. Banyak yang tak menduga dari tema Sederhana “Belajar Pada Hitler” ternyata bisa mengena pada berbagai macam dimensi ilmu. Setelah menggali Heinrich Cak Nun bertanya kepada Joko Susanto. Cak Nun bertanya tentang landasan apa yang mendasari perpecahan antara Jerman Barat dan timur, apakah akibat pilihan Ideologis atau Sistemik. Joko Susanto menjawab bahwa perpecahan itu adalah dampak sistemik dari pilihan-pilihan ideologi. Joko Susanto melanjutkan keterangannya bahwa yang lebih kontinuitas kepada kepemimpinan Hitler itu Jerman Timur. Jerman Timur lebih dekat dengan kelanjutan Hitler dari Barat. Timur memilih kepentingan kolektif dari pada pribadi.
Cak Nun dan Joko Susanto
Cak Nun Kemudian mengelaborasi tentang Komunisme, Sosialisme, Kapitalisme dan Liberalisme. Cak Nun kembali bertanya pada Joko Susanto, tentang Kapitalisme dimasa mendatang, akankah naik dititik puncak atau sebaliknya. Joko Susanto menjawab bahwa Tahun 2008 Kapitalisme sudah mengalami titik balik. Kalau sekarang ada orang yang berkata bahwa Kapitalisme adalah masa depan, menurut Joko Susanto orang itu tidak melihat sejarah. Menghubungkan dengan Indonesia, Joko Susanto menyampaikan Negara Sosialis selalu bagus dalam dua hal; Pendidikan dan Kesehatan. Dinegara kita yang seharusnya berkultur Gotong Royong / Sosialis sekarang bergeser jadi Kapitalis. Semua yang seharusnya menjadi kepentingan bersama dijual.
Mengenai Syarekat Islam Joko Susanto mengatakan bahwa yang menjadi Bapak menjadi bapak bagi Indonesia, bukan Budi Utomo. Syarekat islamlah yang pertama kali mengikat kesamaan yang ada pada masyakarat. Dulu dari forum Jong Java, Silebes dan lain-lain menyatu ke Jong Indonesia. Sekarang yang terjadi terbalik.
Sumeleh dan Mupus
Membahas mengenai Fenomena Bunuh diri yang banyak terjadi di Negara-negara maju ; seperti America, Jepang, Jerman dan lainin. Di Indonesia yang bukan Sosialis, Komunis ataupun Kapitalis; tapi jumlah yang bunuh diri ternyata juga besar. Joko Susanto mengatakan bila di Amerika dan Jepang jelas alasannya karena mereka pernah kaya. Sementara Indonesia belum pernah Kaya tapi Bunuh diri. Menurut Joko Alasan utamanya adalah karena : 1. Depresi yang tidak bisa ditangani bunuh diri. Bila tidak bunuh diri tapi Gila 2. Depresi bila tidak bunuh diri bisa membunuh orang lain. Sementara dari Sudut Pandang yang lain Cak Nun menerangkan tentang orang jawa yang mempunyai dua kata ; Sumeleh,sanggup menata hati dan psikologi untuk menerima segala sesuatu. Mupus; adalah ketika kita mengalami kebuntuan, maka menghapusnya dengan cara mengiklaskan. Dengan contoh panjang Cak Nun semakin memperjelas keterangannya tentang mupus.
Ahli Krisis
Cak Nun mengatakan bahwa Keahlian masyarakat jawa tinggal 1 yaitu Ahli Krisis. Dengan rakyat seperti yang ada di Indonesia, bagaimana cara mengatasi krisis yang akan terjadi, misalnya ditahun 2014. Misalkan saja Hitler ada, apakah dia bisa memimpin Indonesia.
Joko Susanto menceritakan bahwa kapitalisme memiliki potensi lebih besar untuk membuat orang bunuh diri dibandingkan dengan sosialisme. Kapitalisme sudah mengalami puncaknya pada th 2008 dan sedang mengalami titik baliknya. Negara-negara kapitalis besar sedang mengalami krisis ekonomi dan masyarakatnya sedang terancam depresi yang sangat berbahaya.
Cak Nun kemudian memaparkan bangsa Indonesia sebenarnya secara tradisional punya bakat menjadi manusia kolektif dibanding manusia kapitalis. Tapi Yang terjadi dalam perkembangannya hingga sekarang, Indonesia menjadi negara kapitalis tanpa mempelajari kesesuaiannya dengan kondisi masyarakat Indonesia.
Cak Nun memetakan krisis yang akan dihadapi oleh bumi. Krisis yg akan dihadapi, bukan hanya krisis kehancuran soko guru-soko guru ekonomi global seperti; Amerika Serikat, China, Jerman, India dan lainnya. Secara khusus semua akan mengalami krisis pangan, krisis akibat pemanasan global dan krisis-krisis karena bencana-bencana yang disebabkan perubahan alam dalam bentuk dan formula yang belum pernah di alami sebelumnya. Bumi sedang mengalami pergeseran lempengan-lempengan bumi, dan perubahan kutub-kutub magnetik. Cak Nun mengingatkan bahwa kita semua berkumpul di forum-forum maiyahan adalah untuk menawar pada Allah agar tidak sampai mengalami bencana-bencana tersebut.
Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu
Untuk memimpin Indonesia kedepan agar bisa lebih baik, apakah cukup Satrio Pinandhito seperti yang sering diterangkan dalam lakon pewayangan. Tentu itu belum cukup Kata Cak Nun. Cak Nun kemudian mengatakan dibutuhkan Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu untuk benar-benar bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik. Pinandhito berarti tidak mempunyai keinginan apapun, meski itu saja tetap tidak cukup, maka perlu Sinisihan Wahyu yang berarti beriringan dengan Ridlo Allah.
Begitu berapi-api Cak Nun menyampaikan Emosi, tawa ,tangis, amuk semangat diaduk menjadi satu, meski muatan ilmu juga tetap mengalir tanpa terasa berat.
Sapto membawakan lagu mengalun lembut, menciptakan suasana mesra kembali. “Kau jadikan Aku Ada” yang dipopulerkan oleh Once.
Sapto memeang Gitar dan Kawannya bermain Biola
Mas Rachmat kemudian meminta Mas Sapto untuk menyanyikan lagu Gebyar-gebyar agar bisa membangkitkan semangat Nasionalis. Koor dari Jamaah terdengar bergema. Lagu ini sekaligus mengakhiri Forum Bangbangwetan malam ini. /atl
BangBangwetan
1 Komentar
nyilem
BalasHapus