“Mem-bajigur-kan” Coca-cola atawa “Meng-Cocacola-kan” Bajigur

Posted by kang_waone on Jun 28th, 




“Mem-bajigur-kan” Coca-cola atawa “Meng-Cocacola-kan” Bajigur
Siapa yang tak kenal Coca-cola, jangan tanya siapa yang tak kenal Bajigur, karena dari segi kuantitas sudah pasti orang yang tak kenal bajigur jauh “lebih banyak” dari yang tidak kenal Coca-cola. Walau belum tentu Coca-cola lebih sehat daripada Bajigur.

Bagi yang belum tahu bajigur. Bajigur adalah sejenis minuman yang terbuat dari air santan kelapa kemudian diolah sedemikian rupa hingga menghasilkan sebuah minuman yang rasa manisnya khas, menurut sejarah, katanya “Bajigur” itu bercopyright orang sunda.
Sungguh hal yang tidak sepele bila analog diatas kita bawa ke wilayah yang lebih “menantang”. Umpamanya, ungkapan yang benar itu “ Meng-islam-kan jawa “ atau “Men-jawa-kan islam” ( sengaja huruf “i” dan “j” huruf kecil ).
Harap tenang!, saya tak bermaksud memposisikan Jawa lebih tinggi dari Islam ( sengaja huruf “I” dan “j” huruf besar ). Jika islam dipahami hanya sebagai syahadat, sholat, zakat, puasa serta haji maka siapapun akan merasa “tersinggung”, namun jika islam itu dipahami sebagai sebuah tatanan nilai yang sempurna, karena ia bukan produk manusia melainkan produk Tuhan, sedangkan Tuhan tidak berkepentingan apapun didalamnya, maka “ketersinggungan” itu tak mesti terjadi, atau paling tidak kadarnya “tidak membahayakan”
Meng-islam-kan jawa, mengindikasikan bahwa sepertinya jawa harus ditiadakan sedangkan yang harus ada adalah islam, benarkah demikian adanya? Terserah anda memaknainya. Mungkinkah jawa ini sebuah susunan huruf yang didalamnya hanya dan hanya mengandung semua unsur keburukan, hingga harus dimusnahkan?
Men-jawa-kan islam, mengindikasikan bahwa jawa dibiarkan tumbuh secara alami, namun nilai-nilai keislaman menjadi spirit, ruh yang melandasi dalam setiap kehidupan manusia jawa. Hingga jawa tidak ditafsirkan sebagai susunan huruf yang hanya mengandung keburukan, kesesatan. Adalah lebih bijaksana jika mengatakan “ jawa yang sudah baik tapi belum benar “. Jangan pula anda mengambil kesimpulan bahwa men-jawa-kan islam berarti “islam jawa” itu terlepas dari syahadat, sholat, zakat, puasa serta haji.
Bicara jawa bukan berarti hanya jawa barat, tengah dan timur, Bandung, Semarang dan Surabaya. Bagi orang padang buatlah “mem-padangkan-islam” bagi orang batak “mem-batak-kan” islam, mem …. Men … meng ….. karena tidak semuanya menghasilkan “mem” (meng-kalimantan-kan)
Kembali ke Cocacola dan Bajigur,
Bila kita mau “meng-Cocacola-kan” bajigur bukan berarti membumihanguskan bajigur, namun biarkan bajigur tumbuh sebagai bajigur, sedangkan nilai kebaikan Cocacola kita terapkan pada bajigur, entah promosinya, manajemennya, sumber daya manusianya … serta nya-nya yang lain. Lihatlah coca cola sebagai sebuah nilai, sebuah spirit, maka boleh jadi Bajigur “go International” dan tidak tertutup kemungkinan menjadi pesaing Coca-cola.

Setelah kita mampu mem-peta-kan, apa itu Coca-cola, Bajigur, Jawa, Arab, Islam dan yang paling penting apa itu Tatanan Nilai, maka mudah-mudahan menambah kedewasaan berpikir. Ingat! Kedewasaan adalah pilihan, berbeda dengan menjadi Tua karena bertambah umur, suka tidak suka menjadi tua adalah keniscayaan namun dewasa sepenuhnya adalah pilihan. Begitu banyak kita menyaksikan umurnya sudah tua tapi mentalnya kekanak-kanakan, begitupun sebaliknya walau umurnya tergolong anak-anak namun sudah berpikiran sangat dewasa.
Mungkin kita harus mencoba kembali merenung, membedakan, untuk selanjutnya menempatkan sesuatu pada tempat yang semestinya, apakah “ meng-Islam-kan” itu sama dengan “meng-Arab-kan”. Akhirnya hanya kepada Allah-lah kita serahkan semuanya. A laisa allaahu bi al ahkami al haakimiin. 

Posting Komentar

0 Komentar