JOKE 3


Jangan sampai hanya karena pakaian, pangkat, kewibawaan, bisa membuat pola pikir kita jadi linier. Ada laki-laki pake anting, tatoan, sangar “pasti orang kagak bener tuh…” pake gamis sama peci, “wah.. ustadz tuh…” kalau gamis, peci, dan dengan jenggot panjang.. “kiai..!!”. bukankan kebanyakan pola pikir orang gitu..?? Mereka udah punya asumsi, parameter, paradigma, kalo orang yang kayak gitu, mesti begitu. Bukankah itu namanya menghakimi, menge cap orang.? Yang sebenernya yang dia ketahui adalah bukan apa yang sebenarnya harus diketahui.
                Cobalah ayo.. kita bersama-sama jangan suka menghakimi orang, men stempel orang dengan penampilan, wibawa, ataupun yang lain. Siapa tahu, yang suka diremeh-remehkan, ternyata dia para kekasih Tuhan, para preman-preman yang berhati mulia dan taat akan Tuhan… dan mungkin yang selama ini diduga baik akhlaknya, berpakaian kiai, ternyata hanya fatamorgana.
                Jika anda pernah ke Mekkah, sekitar 200m keluar anda akan menemuai banyak sekali orang-orang yang berpakaian dengan jubbah sampai kaki, memakai gamis, berjenggot panjang, tutup kepala dengan “ubet-ubet” entah apan namanya, mereka adalah para penjual handphone second. Masaksih, ketidaktahuan mengasumsikan bahwa pakaian kiai dan ustadz di Indonesia seperti penjual handphone second.? Haha #JK
                Intinya, kita jangan selalu mem parameter i apapun dengan style-style mereka, karena semua itu tidaklah bisa untuk dijadikan parameter, dan asumsi. Salam…

Posting Komentar

0 Komentar